Selasa, 25 Juli 2017

3.3 dan 4.3 Teks Fantasi



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                                               (RPP)

Sekolah                                   :  SMPN 3 PETERONGAN
Mata Pelajaran                      :  Bahasa Indoesia
Kelas/Semester                       :  VII/Satu
Materi Pokok                          :  Teks Narasi (Cerita Fantasi)
Alokasi Waktu                        :  3 Pertemuan (9 JP)

A.      
Kompetensi Inti (KI)
KI-1  :    Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2  :    Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI-3  :    Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KI-4  :    Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B.      
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3  Mengidentifikasi unsure-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.
3.3.1   menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan  buktinya pada teks yang dibaca/didengar.
3.3.2   menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/didengar.
4.3  Menceritakan kembali isi teks narasi  (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.
4.3.1   Menyimpulkan tokoh dan latar cerita fantasi
4.3.2   Menyimpulkan urutan cerita fantasi
4.3.3   Menceritakan kembali cerita fantasi isi cerita fantasi lisan/ tulis.


C.      














Tujuan Pembelajaran
Fokus Penguatan Karakter : jujur dan tanggung jawab
Pertemuan 1
1.     Peserta didik dapat menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar  dengan cermat.
2.    Peserta didik dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca/didengar dengan tepat.

Pertemuan 2
Peserta didik dapat menceritakan kembali isi teks narasi  (cerita fantasi) yang dibaca secara lisan.

Pertemuan 3
1.      Peserta didik dapat menentukan unsur-unsur teks fantasi dengan menunjukkan bukti teks dengan tepat.
2.      Peserta didik dapat menceritakan kembali isi cerita fantasi secara tulis
D.      
Materi Pembelajaran
1.      Contoh Teks Narasi (Cerita Fantasi) berjudul Kekuatan Ekor Biru Nataga dan Anak Rembulan (Terlampir)
2.      Contoh Tayangan Singkat Hary Potter
3.      Fungsi Sosial Teks Cerita Fantasi
4.      Karakteristik Teks Cerita Fantasi
5.      Jenis Teks Cerita Fantasi
6.      Penceritaan Kembali Teks Cerita Fantasi
E.      
Metode/Model Pembelajaran
Pembelajaran dengan Metode Discovery Learning

F.       
Media, Alat, dan Bahan Pembelajaran
1.        Tayangan contoh  cerita fantasi berjudul Harry Potter
2.        Contoh teks cerita fantasi berjudul ….
3.        Kertas hvs sejumlah Peserta didik; 
4.        Kertas pos-it, dan plano
5.        Laptop dan pengeras suara
6.        LCD
G.     
Sumber Belajar
1.                                      Kemdikbud. …Bahasa Indonesia …Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud buku guru
2.                                      Kemdikbud. …Bahasa Indonesia …Kelas VII. Jakarta: Kemdikbud buku siswa
3.                                      Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
4.                                      Kumpulan Karya Siswa yang berjudul …
5.                                      Tayangan Harry Potter dari youtube
H.     
Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama: 3 JP
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1.      Guru menunjukkan gambar Gatot Kaca untuk mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.
2.      Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya, yaitu … dengan cara ….
3.      Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu karakteristik cerita fantasi dan menunjukkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ….
4.      Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu Fungsi social cerita fantasi, karakteristik cerita fantasi, jenis cerita fantasi dan penceritaan kembali
5.      Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu … dan teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu ….

b. Kegiatan Inti (100 menit)
1.      Guru membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok
2.      Peserta didik memberi nama kelompok dengan nama tokoh fantasi (Gundala, Bima, Gatotkaca, Srikandi, Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu, dll)
3.      Membentuk ketua kelompok
4.      Peserta didik menerima tiga teks fantasi yang dibagikan guru
5.      Peserta didik membaca senyap tiga kutipan teks cerita fantasi dengan tanggung jawab
6.      Peserta didik mengisi tabel untuk menjawab rangkaian cerita yang dialami tokoh dengan jujur dengan tanggung jawab
7.      Peserta didik mengidentifikasi ciri tokoh, latar, alur, dan tema cerita disertai bukti  secara individu
8.      Peserta didik mendiskusikan hasil jadu (kerja individu) dalam kelompoknya
9.      Peserta didik menuliskan keajaiban tokoh, latar,  dan peristiwa yang dialami tokoh di kertas plano
10.  Peserta didik mempresentasikan hasil Japok (kerja kelompok) secara melingkar   1—2—3—4—5—6—1
11.  Peserta didik menanggapi  presentasi teman
12.  Peserta didik mendiskusikan ciri umum cerita fantasi secara klasikal
13.  Peserta didik mengidentifikasi jenis teks fantasi berdasarkan contoh teks yang telah dibaca

c.  Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan karakter unsur pembangun cerita fantasi dan jenis cerita fantasi.
2. Peserta didik menuliskan di kertas metaplan refleksi pembelajaran pertemuan pertama
3. Peserta didik menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukannya

Pertemuan kedua (3 JP )
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1.      Peserta didik menyampaikan penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab bersama guru.
2.      Peserta didik menerima kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi pembelajaran
3.      Peserta didik menerima penyampaian  garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
4.      Peserta didik menerima informasi dan target lingkup penilaian pembelajaran.

b. Kegiatan Inti (100 menit)
1.      Peserta didik membaca teks cerita fantasi
2.      Peserta didik mengurutkan kejadian yang dialami tokoh
3.      Peserta didik menceritakan proses terjadinya peristiwa yang dialami tokoh
4.      Peserta didik menuliskan watak tokoh dengan menyertakan bukti pada teks
5.      Peserta didik menyebutkan kejadian mana yang mungkin terjadi di dunia nyata dan yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
6.      Secara individu, peserta didik membaca cerita fantasi ke-2
7.      Peserta didik menetukan unsur intrinsik dengan menunjukkan bukti pada teks bila diperlukan
8.      Peserta didik secara berkelompok menceritakan kembali secara lisan teks fantasi yang telah dibacanya
9.      Peserta didik mengomunikasikankan hasil diskusi

c.  Kegiatan Penutup (10 menit)
1.      Peserta didik difasilitasi guru membuat butir-butir simpulan tentang menceritakan kembali teks yang dibaca.  
2.      Peserta didik menerima penyampaian umpan balik dalam proses dan hasil pembelajaran .
3.      Peserta didik melakukan refleksi tentang teks narasi

Pertemuan ketiga: 3 JP
a.    Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1.   Peserta didik bertanya jawab tentang teks fantasi yang telah dibahas pada  dua pertemuan sebelumnya
2.   Peserta didik menerima penyampaian kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi pembelajaran
3.   Peserta didik menerima penyampaian cakupan materi dan menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh.
4.   Peserta didik bersama guru menyepakati penilaian yang akan digunakan, yaitu kinerja dengan menyepakati rubrik  yang akan digunakan untuk menilai.

b. Kegiatan Inti (100 menit)
  1. Peserta didik membaca dua teks yang dibagikan fasilitator
  2. Secara individu, peserta didik membaca senyap dan mencermati teks berjudul Bertapa Di Gunung Gobi dan Harta Karun Impian
  3. Secara berkelompok, peserta didik mendiskusikan LK-3 (Menganalisis unsur pelaku,peristiwa, dan akhir peristiwa)  .
  4.  Peserta didik menyelesaikan tugas LK-3
  5. Peserta didik  menyampaikan dan menanggapi hasil kerja kelompoknya
  6. Peserta didik memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompoknya dengan rubrik yang telah disediakan.
  7. Peserta didik secara individu membuat peta konsep untuk teks 2  
  8. Peserta didik menukar dan menanggapi dengan jujur dan bertanggung jawab hasil Jadu dengan temannya (dengan kelompok lain).
  9. Peserta didik memperbaiki hasil Jadu-nya

c. Kegiatan Penutup (10 menit)
a.       Peserta didik difasilitasi guru didik membuat butir-butir pemetaan untuk menentukan isi teks
b.      Peserta didik bersama guru melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran.
c.       Peserta didik menerima umpan balik guru dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi penguatan tentang penyajian  teks fantasi secara lisan.
d.      Peserta didik menerima  aparesiasi terhadap hasil kerja kelompok terbaik dengan memberikan penghargaan untuk memotivasi peserta


I.

Penilaian
1.      Teknik Penilaian
a.       Penilaian sikap sikap sosial dilakukan dengan teknik observasi/ jurnal.
b.      Penilaian pengetahuan dilakukan dengan teknik tes tulis.
c.       Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik PRODUK.

2.      Instrumen Penilaian
a.       Instrumen jurnal

Contoh:
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama Sekolah      : SMPN 3 Peterongan
Kelas/Semester     : VII/Satu
Tahun pelajaran    : 2017/2018
‘No
Waktu
Nama
Peserta didik
Catatan Perilaku
Butir Sikap
1.
21/08/17


Aldo Ramadhan
·      Bertanggung jawab penuh untuk memimpin kelompok dalam diskusi teks fantasi.

2
dst.
























Contoh:
Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama Sekolah      :
Kelas/Semester     : VII/Satu
Tahun pelajaran    : 2017/2018

No
Waktu
Nama
Peserta didik
Catatan Perilaku
Butir Sikap
1
22/08/17

·         dua kali tidak mengerjakan tugas bahasa indonesia
kurang bertanggung jawab
















b.                                                                                 Instrumen Teknik Tes Tertulis
Soal untuk KD: 3.3
Bacalah teks berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal yang tersedia dengan tepat!
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
oleh Ugi Agustono

Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir  di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta ...........................................

Kisi-kisi dan Pedoman Penilaian Tes Uraian

Nama Sekolah                            :
Kelas/Semester                           : VII/I
Tahun pelajaran                                      : 2016/2017
Mata Pelajaran                            : Bahasa Indonesia
o.
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
Teknik
Penilaian
1.
 3.3  Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.


Teks narasi,dan unsure-
Unsure teks
narasi
Disajikan teks fantasi, peserta didik dapat
menjelaskan ciri tokoh,
peserta didik dapat menentukan latar  cerita. Peserta didik dapat menentukan alur.
Peserta didik dapat menentukan tema pada cerita fantasi dengan menunjukkan  buktinya pada teks yang dibaca/didengar.

Peserta didik dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang dibaca.


Penugasan



           
            Rubrik Penilaian 3.3
No
Aspek/ Kriteria
Skor

  1.  
Tokoh :
a.Menentukan  ciri  tokoh minimal 2  tiap teks dengan memberikan bukti pendukung yang tepat.
b. Menentukan  satu ciri tokoh tiap teks disertai bukti yang tepat
c. Menentukan satu ciri tokoh tiap teks tetapi bukti kurang mendukung


12—8

7—4

3
  1.  
Latar :
a.    Menentukan minimal dua latar tiap teks disertai bukti pendukung yang tepat.
b.    Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti pendukung yang tepat.
c.    Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti pendukung yang tepat

12—8

7—4

3
  1.  
Alur
a. Menentukan 3 alur  disertai alasan atau bukti dengan tepat.
b. Menentukan  2 alur disertai alasan atau bukti yang tepat
c. Menentukan 1 alur disertai alasan
a.        

6

4

2
    4.
Tema
a. Menentukan 3 tema  disertai alasan atau bukti dengan tepat.
b. Menentukan  2 tema disertai alasan atau bukti yang tepat
c. Menentukan 1 tema disertai alasan

6

4

2
5.
Jenis Teks
a. Menentukan 3 jenis teks disertai alasan dengan benar.
b. Menentukan 2 jenis teks dengan alasan yang benar
a. Menentukan 1 jenis teks dengan alasan


8--6

4

2
                                                Jumlah skor                                                    50
                        Nilai = (Jumlah skor yang didapat / 50 ) X 100

            Kisi-kisi Keterampilan
No.
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
Teknik
Penilaian
1.
4.3  Menceritakan kembali isi teks narasi  (cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.
Teks narasi (fantasi), isi teks
1)      Disajikan teks fantasi, peserta didik  menentukan isi teks .

2)      Disajikan teks fantasi , peserta didik  menyajikan dalam bentuk pemetaan konsep berdasarkan ide pokok teks baik lisan maupun tulis

Tes uraian

Tes uraian


  Bacalah cerita fantasi berikut!

Cerita Fantasi 1
Ruang Dimensi Alpha
Karya: Ratna Juwita
Kau harus membawanya kembali! Erza berteriak kalang kabut. Aku gugup. Bingung. Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang  sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku memasuki dimensi alpha. Tanpa kusadari ia mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu 12 jam.

Isilah tabel berikut berdasarkan pemahamanmu!
Uraikan isi cerita fantasi dengan bahasa sendiri denga menjawab pertanyaan- pertanyaan di bawah ini!

a.   Urutkan kejadian yang dialami Doni pada cerita tersebut!
b.   Bagaimana proses terlemparnya Doni ke lorong dimensi Alpha?
c. Termasuk jenis cerita fantasi apakah cerita tersebut?
            No.
Aspek yang Dinilai
Skor
Bobot Nilai
1



Isi sesuai dengan cerita
·         Disajikan secara lengkap dan runtut
·         Bahasanya mudah dan enak dipahami
   

50
2
Penampilan
·         Suaranya menjangkau seluruh ruangan
·         Intonasi dan pelafalannya sesuai
·         Ekpresinya sesuai dengan pemeranan
   

   

   
50
Skor maksimum

100

3.       Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a.      Pembelajaran Remedial
Remedial dilakukan dengan pembelajaran ulang dan bimbingan perorangan
                                    i.      Pembelajaran ulang
                                  ii.      Bimbingan perorangan

b.         Pembelajaran Pengayaan
Pengayaan dilakukan dengan memberikan teks fantasi dengan kompleksitas lebih untuk ditelaah peserta didik


Mengetahui                                                                           Jombang,
Kepala Sekolah,                                                                          Guru Mata Pelajaran




Syafak Efendi, M.PdI                                                     Faiqotur Rosidah, M.Pd.
NIP 196712062006041003                                                NIP 197402 199903 2 004




















LAMPIRAN LK  1
Lembar Kerja Peserta Didik 3.3. 1

  1. Bacalah ketiga teks berikut!
  2. Jawablah pertanyaan-pertanyaannya dengan tepat!

TEKS 1
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
oleh Ugi Agustono

Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana Modo akan terukir di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta.

Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak panik. Pasukan siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air. Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh dengan angkara murka dan kesombongan,disertai lolongan panjang saling bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba dari Nataga.

“Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung dengan seluruh panglima. Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihak serigala karena lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala langsung mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa mengejek binatang-binatang ketika banyak bola api yang padam sebelum mengenai tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka, mereka meniup bola api yang terbang menuju arah mereka.

“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru serigala dengan sorot mata merah penuh amarah. Binatang-binatang tidak putus asa. Namun, pasukan serigala dalamjumlah dua kali lipat bahkan lebih dari pasukan binatang, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang yang mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan gertakan para serigala.

“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut di telinga Nataga. Nataga sempat bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi aba-aba berhenti melempar dan mundur kepada seluruh pasukan. Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak, ekor Nataga mengeluarkan api besar.Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras, membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus. Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.

Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik dan kesakitan terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak memberi ampun kepada para serigala licik itu. Selesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora memandang. Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.


TEKS 2
Misteri Sumur Tua
Oleh :Syaharani (7C)

Di sebuah desa terpencil bernama Tasikmadu tinggallah keluarga pak Banu yang terdiri dari pak Banu, bu Dian, dan Kinar. Mereka dianggap aneh oleh sebagian warga desa. Kehidupan mereka selalu dihadapkan oleh misteri-misteri desa. Salah satunya adalah misteri sumur tua yang terletak di belakang rumah mereka.
Sumur tua itu sudah lama tidak berfungsi. Konon sumur itu dihuni oleh sebuah makhluk berambut putih, bertubuh sangat tinggi, dan bermuka datar. Ia selalu mengeluarkan suara dan menampakkan bayangan yang menyeramkan pada malam hari. Pak Banu dan keluarganya selalu dapat memecahkan berbagai misteri yang ada. Akan tetapi, misteri yang satu ini sungguh sulit untuk dipecahkan. Bahkan mereka merasa sangat risau dan ingin pindah rumah. Tetapi, ketika mereka bersiap untuk pindah rumah, tiba-tiba terdengar suara misteri.
“HEMMMRR..Janganlah kalian pergi dari rumah ini!” Makhluk itu bersuara aneh tapi Kinar masih mampu mendengar kata-katanya.
“Siapa kau?” tanya Kinar penasaran.
“Aku adalah makhluk sumur tua itu yang selama ini menjadi misteri. Sebenarnya, aku telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi penghuni sumur tua itu untuk selamanya. Maafkan aku yang selama ini selalu menampakkan bayangan dan bersuara menyeramkan. Aku tidak bermaksud untuk membuat kalian risau. Aku hanya meminta tolong supaya kalian dapat membebaskanku dari sumur tua itu karena aku ingin hidup bebas, ” jawab si makhluk.
“Kami dapat mengerti hal itu. Tetapi bagaimana cara kami membebaskanmu?” tanya pak Banu.
“Kalian dapat membebaskanku dengan melakukan tiga perbuatan baik. Akan tetapi, jika kalian melakukan satu saja perbuatan buruk maka aku akan terus menjadi penghuni sumur tua itu untuk selamanya. Tolong bantu aku, aku tidak ingin melihat orang-orang risau,” jawab si makhluk.
“Baik, kami akan membantumu.” jawab bu Dian.
“Terima kasih banyak,” tambah si makhluk.
Setelah mendengar jawaban pak Banu dan keluarganya, makluk itu merasa sangat senang.
            Matahari terbit di sebelah timur, suara ayam berkokok, langit cerah pun datang, Keluarga pak Banu mulai menjalankan misi berbuat baik mereka dengan mencari orang yang menbutuhkan pertolongan. Perbuatan baik yang pertama dilakukan oleh Kinar. Ia bertemu dengan seorang nenek tua yang kesulitan untuk menyeberang jalan. Ia pun menolong nenek itu dan mengantarkannya sampai tiba di rumah. Perbuatan baik yang kedua dilakukan oleh pak Banu. Ia bertemu dengan  seorang pengemis. Ia pun memberi makanan dan sedikit uang kepada pengemis itu. Perbuatan baik yang ketiga dilakukan oleh bu Dian. Ia menemukan orang asing yang sedang bingung mencari alamat tempat yang dituju. Bu Dian mencoba untuk berkomunikasi dengan orang itu, lalu mengantarkannya ke tempat tujuan.
            Setelah matahari mulai terbenam dan langit yang cerah pun berubah menjadi gelap, saat itulah misi telah diselesaikan. Kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, mereka sangat terkejut karena tidak ada lagi suara dan bayangan yang menakutkan dalam sumur tua itu.
            “Ternyata benar yang dikatakan makhluk itu,” gumam Kinar dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara makhluk itu lagi.
            “Sekali lagi aku sangat berterima kasih kepadamu dan keluargamu,”
            “Sama-sama. Tetapi, ke mana kamu akan tinggal setelah ini?” tanya Kinar penasaran.
            “Mungkin aku akan kembali ke tempat asalku,” jawab si Makhluk.
            “Dimana itu?” tanya Kinar lagi.
            “Di sebuah alam yang sangat bebeda dengan alam manusia. Tetapi maaf, aku tidak dapat menceritakan lebih dalam lagi mengenai hal itu,” jelas si makhluk.
            “Tidak apa-apa. Aku mengerti,” tambah Kinar.
            “Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Selamat tinggal,” ucap si makhluk.
            “Selamat tinggal juga, jaga dirimu baik-baik,” tambak Kinar.
Akhirnya, si makhluk misterius dapat terbebas dari sumur tua itu. Keluarga pak Banu dan tetangga mereka tidak merasa risau lagi dan dapat tinggal dengan nyaman.
                                                        TAMATt
TEKS 3

Mukenah Nenek
Azizah Putri ( 7B SMPN 3 Peterongan)

            Mukenah itu, mukenah peninggalan nenekku. Sejak kepergian nenek 100 hari yang lalu, mukenah kesayangan nenek yang telah disimpan selama kurang lebih 25 tahun lamanya kini diwariskan kepada ibuku. Mukenah itu tetap indah meski warna putihnya sudah mulai kusam. Motif bunga – bunga mengkilapnya menambahkan kesan anggun. Tidak ada bagian yang robek, terkena noda, atau kerusakan lain pada mukenah tua itu.
                Aku jarang melihat nenek memakai mukenah itu. Mukenah itu selalu disimpan di suatu kotak tua bersama tasbih dan Al – Qur’an nenek dari Makkah. Aku pernah sekali melihat nenek sholat tahajjud mengenakan mukenah itu saat nenek dirawat inap di rumah sakit. Saat itu nenek sholat dalam posisi duduk diatas kasur pasien. Beliau sholat dengan sangat khusyu’. Entah mengapa nenek terlihat bersinar saat mengenakan mukenah itu. Seketika hatiku merasa tenang, tentram, dan damai seakan melihat malaikat sedang sholat di depan mataku. Aku terus memperhatikan nenek sholat hingga salam terakhir. Di akhir sholatnya, nenek bersujud dalam waktu yang sangat lama. Mungkin jarum jam telah melewati 2 angka menunggu nenek bersujud. Ketika nenek bangkit dari sujudnya, kudapati mata nenek sembab seperti habis menangis. Aku penasaran. Sangat penasaran. Apa yang nenek lakukan di dalam sujudnya? Berdo’akah? Memikirkan sesuatu? Atau hanya tertidur? Ingin sekali aku menanyakannya pada nenek. Tapi, waktu seakan tidak mengizinkanku untuk menanyakannya. Nenek sudah lebih dulu dipanggil ke Rahmatullah 2 hari setelah aku melihat nenek sholat tahajjud pada malam itu.
@@@
Malam ini aku sedang ingin tidur bersama ibu. Kebetulan ibu juga sedang mau menemaniku tidur. Jarang – jarang ibu mau tidur bersamaku tanpa harus aku  merengek memohon seperti bayi. Kugunakan kesempatan kecil ini untuk menanyakan tentang mukenah dan sholat tahajjud nenek pada malam itu.
                “Mengapa nenek hanya menyimpannya di kotak tua itu? Kenapa tidak dipakai saja?” tanyaku memecah keheningan malam.
                “Karena mukenah itu istimewa bagi nenek” jawab ibu singkat.
                “Jika istimewa, kenapa tidak nenek pakai saat shalat ied?” aku kembali bertanya layaknya polisi yang sedang mengintrogasi tersangka. Aku sudah terlalu penasaran. Aku ingin segera mendapat jawaban dari semua pertanyaanku.
                “Mukenah itu lebih dari istimewa”  ibu kembali menjawab dengan jawaban yang hampir sama dan singkat. Cukup sederhana. Intinya adalah ‘istimewa’
                Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Lebih dari istimewa? Seistimewa apa? Apa yang membuat mukenah itu sangat istimewa? Otakku seakan dihujani ribuan tanda tanya. Hingga akhirnya ibu menceritakan sejarah mukenah itu padaku.
                “Mukenah itu mukenah buatan tangan dari buNyai nenek sewaktu nenek mengabdi di pondok selama 15 tahun. Mukenah itu diberikan kepada nenek sebagai tanda terimakasih karena telah membantu mengajar dan membesarkan pesantrennya. Subhaanallah.. mukenah penuh barokah”
                Puas dengan jawaban ibu, aku terdiam. Semua pertanyaan di benakku gugur seketika. Suasana kembali hening. Kini aku merenungkan tentang keistimewaan mukenah nenek. Barokah dari mengabdi selama 15 tahun di pesantren. Entah sedahsyat apa barokah itu. Mungkin lebih dahsyat dari pahala orang yang haji 10 kali.
Angin malam berhembus menerobos ventilasi kamarku. Malam semakin larut. Udara terasa semakin dingin. Tapi aku masih belum mengantuk. Aku masih enggan menyelimuti badanku dan membiarkan otakku beristirahat. Masih memikirkan sesuatu. Ya, tentang shalat malam nenek. Itu yang kini menjadi topik baru di otakku.
                “Ibu, apa ibu pernah melihat nenek shalat dengan memekai mukenah itu?”
                “...”
                Hening.
                “Ahh.. Mengapa ibu sudah tidur?” gerutuku melihat ibu telah tertidur pulas disamping bantalku.
                Apa waktu masih belum mengizinkan? Baiklah, aku akan menunggu hingga waktu memberiku jawaban sambil merangkai mimpi indah.
@@@
                “Ibu, apa ada yang bisa aku bantu?” tanyaku saat melihat ibu sedang mengemasi barang – barang di kamar nenek.
                “Alhamdulillah.. akhirnya ada yang menawarkan bantuan” ibu mengembangkan senyum manisnya.
                Minta tolong barang – barang di sini dikemas di kerdus itu ya..” perintah ibu sambil menunjuk lemari baju nenek kemudian menunjuk kardus disamping pintu.
                “Siap bu!” tegasku. Tanganku mulai bekerja. Belum sampai 10 menit, separuh barang di lemari telah terkemas di dalam kardus. Kuakui, aku memang pekerja cepat. Tapi tetap saja Gundala Putra Petirlah yang tercepat.
Di tengah – tengah mengemas, aku teringat akan sesuatu. Mukenah nenek!  Pandanganku berputar ke seluruh penjuru ruangan. Mencari – cari kotak coklat tua yang mengemas mukenah istimewa itu. Dan.. mataku kini tertuju pada meja murmer di sudut ruangan.kulihat ada kotak coklat tua diatasnya. Aku segera berlari menuju kotak itu. Rasanya tangan ini sudah tidak sabar menyentuh benda penuh barokah itu. Ketika tanganku sudah hanya berjarak 1 cm..
                “Ehem.. mengemasinya sudah selesai?” suara ibu menghentikan gerakanku.
                “He.. he.. tinggal dikit kok bu..” jawabku cengengesan. Aku kembali ke posisi awalku. Kembali bekerja sesuai perintah ibu. Mengambil.. memasukkan.. mengambil lagi.. memasukkan lagi. Akhirnya semua barang di lemari baju nenek selesai dikemas 10 menit kemudian.
                Ibu.. aku sudah selesai..” aku terlonjak kegirangan. Sekarang aku tak mau menunda lagi. Aku cepat – cepat kembali ke tempat kotak tua tadi di sudut ruangan. Tapi.. kotak itu kini sudah tidak berada di atas meja murmer lagi. Ibu sudah lebih dulu memindahkannya entah kemana. Wajahku yang tadinya berseri dihiasi pelangi, kini murung tertutup awan gelap.
                Ibu.. apa aku tidak boleh menyentuhnya? Sebentaaar saja..” rengekku.
                “Maaf ya sayang, ibu masih repot. Kapan – kapan saja ya..” jawab ibu terlihat buru – buru. Hmm.. kasihan juga ibu. Mondar – mandir, kesana kemari. Sepertinya sekarang bukan waktunya untuk merengek seperti bayi yang minta susu. Lebih baik dan seharusnya aku membntu ibu.
                “Baiklah.. apa lagi yang bisa aku bantu?”  aku menwarkan jasa. Lagi – lagi ibu mmbalas dengan senyum keibuannya. Ibu memintaku memindahkan kardus - kardus yang sudah terkemas rapi ke dalam gudang. Tugasku kini beralih dari ‘mengambil dan memmasukkan’ menjadi ‘mengangkat dan memindahkan’. Yang ini akan memeras lebih banyak tenaga. Jadi sepertinya porsi makan siangku hari ini akan bertambah.
                Siang berganti malam. Sekarang waktunya beristirahat. Aku langsung terjun bebas di atas kasur empukku. Mataku sudah ingin menutup rasnya. Samar – samar aku mendengar suara halus ibu di telinga kananku.
                “Terimakasih ya nak, sudah mau bersabar..” aku tidak terlalu mengerti apa maksudnya. Tapi tetap saja aku menjawab, “Sama – sama bu..” kemudian tidur.
@@@
                Nduk.. bangun nduk.. yuk sholat tahajjud..” suara yang tak asing membngunkanku. Ini bukan suara ibu. Tapi.. suara nenek. Mataku terbelalak. Kantukku hilang seketika.
                “Nenek?” mulutku menganga. Tak percaya akan apa yang sedang kulihat saat ini. Kini di depan mataku, nenek memakai mukenah putihnya dan mengajakku sholat tahajjud berjama’ahh. Aku mencubit pipi kananku. Aww.. sakit! Ini bukan mimpi.
                “Ndang wudhu, nenek tunggu di kamar” dawuhnya sambil melangkah keluar menuju kamar beliau. Aku tak peduli ini mimpi atau nyata. Aku segera mengambil wudhu dan bergegas menuju kamar nenek. Disana nenek sudah siap berdiri di atas sajadah merah marunnya sambil membawa mukenah putih yang serupa dengan yang beliau pakai.
                “Pakai ini.. ini mukenah nenek saat mondok dulu” beliau memakaikan mukenah itu ke kapalaku sambil mengembangkan senyum.
                “Allaahuakbar” kamipun memulai sholat tahajjud berjama’ah.
                “Assalaamu’alaikum warahmatullah..” ucap nenek fasih. Seperti yang pernah kulihat sebelumnya, nenek kemudian bersujud. Akupun ikut bersujud mengikuti nenek. Tiba – tiba..
                “Labbaikallahh humma labbaiik.. Labbaikallah syariikalakalbbaiik..” suara ramai orang berthawaf memekakkan telingaku. Mataku sulit terbuka karena silaunya cahaya putih yang menyentrong. Aku merasa sesak. Terdempet orang – orang di sekitar. Dimana ini? Aku mulai panik. Merasa asing di tengah keramaian.        
                “Nenek.. nenek.. nenek dimana?”  teriakku mencari – cari sosok wanita tua yang tadi sholat bersamaku. Sreet. Ada yang meraih tanganku. Kemudian menarik dengan sedikit keras. Alhamdulillah. Ternyata itu nenek. Kepanikanku kini sudah mereda.
                “Nenek, kita ada dimana?” tanyaku sambil mengerutkan dahi, tak kuat melawan silaunya matahari.  Nenek hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya ke bangunan kubus hitam yang sangat besar di depannya. Aku memaksakan mata memandang lebih jelas apa kubus hitam kokoh itu. Samar – samar aku melihat kain hitam mewah dihiasi rangkaian kalimat syahadat berwarna emas menyelimuti bangunan itu. Di sisi depan, pintu besar dari emas terpampang indah. Salah satu sudutnya terdapat lubang perak membungkus batu hitam. Bangunan itu dikelilingi oleh berjuta, bahkan bemilyar – milyar manusia berihram putih. Mereka berebutan mendekati pintunya, menyentuh temboknya, dan mencium batunya.
                “Ka’.. Ka’.. Ka’bah?” mulutku menganga, tak sanggup berkata – kata. “Ini  Makkah?” lanjutku masih belum bisa percaya dengan apa yang ada di depanku ini.
                Iiya, sekarang kita berthawaf, jangan lepaskan tanganmu dari genggaman nenek ya..” nenek menggandeng tanganku erat- erat. Menuntunkun mengelilingi ka’bah sambil mengumandangkan tarbiah.
                Subhaanallah. Sulit dipercaya. Aku mengingat – ingat kembali apa yang terakhir aku lakukan beberpa menit yang lalu. Terakhir, aku bersujud setelah salam sholat tahajjud. Ya, sujud terakhir. Jadi ini jawaban dari rasa penasaranku akan sujud diakhir sholat malam nenek. Senyum lebar terukir di mulutku. Waktu akhirnya mengizinkanku untuk tahu. Setelah selama ini waktu mengulur – ulur dirinya, memenjara rasa penasaranku. Mungkin nenek yang ingin aku langsung meraskan sendiri. Merasakan sendiri apa yang nenek rasakan di akhir sujudnya itu.
                “Nduk, sampaikan pesan nenek pada ibumu.. setelah 100 hari nenek, tolong sumbangkan barang – barang ke beberapa panti jompo. Buku – buku nenek yang tidak terpakai kirmkan ke pondok – pondok” pesan nenek saat kami hendak wukuf di Arofah.
                Lalu bagaimana dengan mukenah nenek?” tanyaku sambil membulatkan mata.
                Itu akan diwariskan ke ibumu, kemudian padamu, kemudian anakmu, hingga anak cucumu” jawab nenek. Matanya mulai berkaca – kaca. Nenek kemudian menyerahkan tasbih Makkah yang biasa beliau simpan bersama mukenahnya di kotak tua itu kepadaku.
                Nenek harap kamu mau mondok kayak nenek dan ibumu dulu. Tirakat. Nyari barokahnya para kyai. Kalau bisa mondok itu jadi adat di keluarga kita. Wes, InyaaAllah berokahe numplek” amanah nenek membuat hatiku terenyuh. Insyaallah aku akan mengemban amanah ini dengan baik. Aku bertekad akan membuat nenek tersenyum puas di syurga nanti.
                “Baik nek.. aku janji aku akan jadi santri yang tawadhu’ seperti nenek” janjiku pada nenek. Mataku mulai meneteskan air mata. Tetesan air mata ini akan menjadi saksi atas janji yang kuucap dari hatiku yang paling dalam untuk sosok wanita motivator yang kubanggakan.
                Nenek membelai kepalaku dengan lembut. Kemudian merangkulku dengan kehangatan kasih sayangnya. Aku berbalik merangkulnya dengan lebih erat. Sangat erat. Hingga akhirnya lenganku tak meraskan apa – apa. Tubuh renta nenek yang kurangkul seketia menghilang bagai angin malam yang berhembus.
                Aku bangkit dari sujudku. Kini aku berada di kamar nenek sendirian. Jarum jam menunjukkan angka 3. Tepat pada jam saat nenek mengakhiri sholat Tahajjudnya 102 malam yang lalu.
                Apa aku tadi bermimipi?” gumamku. “Tapi ini sajadah yang tadi nenek pakai!” aku menarik sajadah merah marun di depanku. Mataku beralih ke mukenah yang kupakai sekarang.
                “Ini mukenah nenek yang tadi nenek pakai, lalu ini.. tasbih yang nenek berikan saat di Arofah tadi!” aku mengingat – ingat kembali apa saja yang kulakukan bersama nenek beberapa jam yang lalu. Bertemu dgan nenek, kemudian sholat tahajjud berjama’ah. Sujud di akhir sholat kemudian.. aku ada di Makkah! Thawaf bersama nenek mengelilingi Ka’bah, lalu sholat di Masjidil Haram. Meminum air zam – zam. Mengelilingi pasar Makkah, dan yang terakhir wukuf di Arofah. Nenek menitip pesan untuk ibu, memberikan tasbihnya sambil berpesan padaku. Memelukku kemudian.. aku kembali ke kamar nenek lagi.
                “Sayang..” suara lembut ibu mngejutkanku. Ibu memasuki kamarkemudian duduk di sampingku. “Wah, anak ibu sudah mulai belajar sholat malam” pujinya sambil membelai lembut kepalaku.
                “Ibu tahu, aku tadi sholat tahajjud berjama’ah bersama nenek” ceritaku. Mata ibu terbelalak. Beliau sangat terkejut akan apa yang barusan aku katakan. “Kemudian kami bersujud dan tiba–tiba kami berada di Makkah” lanjutku. Aku menceritakan semua yang kualami 2 jam yang lalu bersama nenek.  Dari mimik wajahnya, aku bisa tahu kalau ibu percaya padaku. Dan memeag seharusnya ibu percaya, karena ini memang benar - benar terjadi. Terakhir, aku menyampaikan pesan nenek yang dititipkan untuk ibu. Mata ibu mulai berkaca – kaca. Teringat kembali pada sosok ibu yang selama bertahun – tahun merawatnya.
                “Ibu, aku telah berjanji pada nenek kalau aku akan mondok, tirakat dengan untuk cari barokahnya para kyai!” tegasku.
                “Ya nak.. nenek pasti sangat bangga padamu”
@@@













I.                    Jawablah pertanyaan berikut dengan  mengisi tabelnya!
No
Unsur  Teks
Deskripsi/Ciri
Bukti
1.
Tokoh
Teks 1
a.       Nataga: Binantang, Pimpinanperang, ………………………………………….




b.      Siluman Serigala :

c.       ….

Teks 2
a.       Kiran : ………………………………….
……………………………………………..
b.      Makhluk aneh :  ….………………………………………………..

Teks 3
Aku : …………………

Nenek : ………………..

Ibu : ………………………..


Nataga membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan  (Kalimat kedua paragraf 1)
2.
Latar
(tempat dan waktu)
   Teks 1 :
Di Tanah Modo

  ………………………..

    ……………………….


Teks 2 :
 ………………………….
……………………………

Teks 3

…………………………………..
……………………………………..


………………………….



--------------------------------




3
Alur
Teks 1
………………………………

Teks 2
……………………………….

Teks 3
Lintas waktu dan ruang



4

Tema





Teks 1 :

…………………………………..

Teks 2
……………………………………

Teks 3
………………………………….













II.                  Setelah Kalian mengisi secara individu, diskusikanlah dengan kelompok Kalian!
*Hal yang kalian diskusikan adalah keajaiban tokoh, latar, dan peristiwa yang dialami tokoh
* Tentukan jenis fantasi dalam ketiga teks tersebut!
III.               Tuliskan hasil kerja kelompokmu di kertas plano!
IV.               Presentasikan hasil kerja kelompok Kalian secara melingkar!
Cycle Diagram
V.                  Mintalah tanggapan dari kelompok lain (tulis di kertas pos-it, tempelkan di plano)


4 komentar: