RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :
SMPN 3 PETERONGAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indoesia
Kelas/Semester : VII/Satu
Materi
Pokok : Teks Narasi (Cerita Fantasi)
Alokasi
Waktu : 3 Pertemuan (9 JP)
A.
|
Kompetensi Inti (KI)
KI-1 : Menghargai
dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI-3 : Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
KI-4 : Mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
|
||||||
B.
|
Kompetensi Dasar
dan Indikator Pencapaian Kompetensi
|
||||||
|
|
||||||
C.
|
Tujuan Pembelajaran
Fokus Penguatan Karakter : jujur dan tanggung
jawab
Pertemuan 1
1.
Peserta didik dapat menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar dengan cermat.
2.
Peserta
didik dapat menentukan jenis
cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang
dibaca/didengar dengan tepat.
Pertemuan 2
Peserta didik dapat menceritakan kembali isi teks
narasi (cerita fantasi) yang dibaca
secara lisan.
Pertemuan 3
1.
Peserta didik dapat menentukan unsur-unsur teks
fantasi dengan menunjukkan bukti teks dengan tepat.
2.
Peserta didik dapat menceritakan kembali isi
cerita fantasi secara tulis
|
||||||
D.
|
Materi Pembelajaran
1.
Contoh Teks Narasi (Cerita Fantasi) berjudul Kekuatan Ekor Biru Nataga dan Anak Rembulan (Terlampir)
2.
Contoh Tayangan Singkat Hary Potter
3.
Fungsi Sosial Teks Cerita Fantasi
4.
Karakteristik Teks Cerita Fantasi
5.
Jenis Teks Cerita Fantasi
6.
Penceritaan Kembali Teks Cerita Fantasi
|
||||||
E.
|
Metode/Model Pembelajaran
Pembelajaran
dengan Metode Discovery Learning
|
||||||
F.
|
Media, Alat, dan Bahan Pembelajaran
1.
Tayangan contoh cerita fantasi berjudul Harry Potter
2.
Contoh teks cerita fantasi berjudul ….
3.
Kertas hvs sejumlah Peserta didik;
4.
Kertas
pos-it, dan plano
5.
Laptop
dan pengeras suara
6.
LCD
|
||||||
G.
|
Sumber Belajar
1.
Kemdikbud. …Bahasa Indonesia …Kelas VII. Jakarta:
Kemdikbud buku guru
2.
Kemdikbud. …Bahasa Indonesia …Kelas VII. Jakarta:
Kemdikbud buku siswa
3.
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
4.
Kumpulan Karya
Siswa yang berjudul …
5.
Tayangan Harry Potter dari youtube
|
||||||
H.
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
Pertemuan pertama: 3
JP
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1.
Guru menunjukkan gambar Gatot Kaca untuk mengondisikan suasana
belajar yang menyenangkan.
2.
Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari
sebelumnya, yaitu … dengan cara ….
3.
Guru menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai, yaitu karakteristik cerita fantasi dan menunjukkan
manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ….
4.
Guru menyampaikan
garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
Fungsi social cerita fantasi, karakteristik cerita fantasi, jenis cerita
fantasi dan penceritaan kembali
5.
Guru menyampaikan
lingkup penilaian, yaitu … dan
teknik penilaian yang akan digunakan, yaitu ….
b. Kegiatan Inti (100 menit)
1.
Guru
membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok
2.
Peserta
didik memberi nama kelompok dengan nama tokoh fantasi (Gundala, Bima,
Gatotkaca, Srikandi, Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu, dll)
3.
Membentuk
ketua kelompok
4.
Peserta
didik menerima tiga teks fantasi yang dibagikan guru
5. Peserta
didik membaca senyap tiga kutipan teks cerita fantasi dengan tanggung
jawab
6. Peserta
didik mengisi tabel untuk menjawab rangkaian cerita yang dialami tokoh
dengan jujur dengan tanggung jawab
7. Peserta
didik mengidentifikasi ciri tokoh, latar, alur,
dan tema cerita disertai bukti secara
individu
8. Peserta
didik mendiskusikan hasil jadu (kerja individu) dalam kelompoknya
9.
Peserta didik
menuliskan keajaiban tokoh, latar, dan
peristiwa yang dialami tokoh di kertas plano
10. Peserta didik mempresentasikan hasil Japok (kerja kelompok) secara
melingkar 1—2—3—4—5—6—1
11. Peserta didik menanggapi
presentasi teman
12. Peserta didik mendiskusikan
ciri umum cerita fantasi secara klasikal
13. Peserta didik
mengidentifikasi jenis teks fantasi berdasarkan contoh teks yang telah dibaca
c. Kegiatan
Penutup (10 menit)
1. Peserta didik bersama
guru menyimpulkan karakter unsur pembangun cerita fantasi dan jenis
cerita fantasi.
2. Peserta didik menuliskan di kertas metaplan refleksi pembelajaran pertemuan
pertama
3. Peserta didik menyampaikan
tindak lanjut yang akan dilakukannya
Pertemuan kedua (3
JP )
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1. Peserta didik menyampaikan penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari
sebelumnya dengan melakukan tanya jawab bersama guru.
2. Peserta didik menerima kompetensi dan indikator
pencapaian kompetensi pembelajaran
3. Peserta didik menerima penyampaian
garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan
4. Peserta didik menerima informasi dan target lingkup
penilaian pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (100 menit)
1. Peserta
didik membaca teks cerita fantasi
2. Peserta
didik mengurutkan kejadian yang dialami tokoh
3. Peserta
didik menceritakan proses terjadinya peristiwa
yang dialami tokoh
4.
Peserta didik menuliskan watak tokoh dengan
menyertakan bukti pada teks
5.
Peserta didik menyebutkan kejadian mana yang
mungkin terjadi di dunia nyata dan yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
6.
Secara individu, peserta didik membaca cerita
fantasi ke-2
7.
Peserta didik menetukan unsur intrinsik dengan
menunjukkan bukti pada teks bila diperlukan
8.
Peserta didik secara berkelompok menceritakan
kembali secara lisan teks fantasi yang telah dibacanya
9.
Peserta
didik mengomunikasikankan hasil diskusi
c. Kegiatan
Penutup (10 menit)
1. Peserta didik difasilitasi guru membuat butir-butir simpulan tentang menceritakan kembali teks yang
dibaca.
2. Peserta didik menerima penyampaian umpan balik dalam proses dan hasil pembelajaran
.
3.
Peserta didik melakukan
refleksi tentang teks narasi
Pertemuan ketiga:
3 JP
a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1. Peserta didik bertanya
jawab tentang teks fantasi yang telah dibahas pada dua pertemuan sebelumnya
2. Peserta didik
menerima penyampaian
kompetensi
dan indikator pencapaian kompetensi pembelajaran
3. Peserta didik menerima penyampaian
cakupan materi dan menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan ditempuh.
4. Peserta didik bersama guru menyepakati penilaian yang akan digunakan, yaitu
kinerja dengan menyepakati rubrik yang
akan digunakan untuk menilai.
b.
Kegiatan Inti (100 menit)
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Peserta didik difasilitasi guru didik membuat butir-butir pemetaan
untuk menentukan isi teks
b. Peserta didik bersama guru melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran.
c. Peserta didik menerima umpan balik guru
dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi penguatan tentang penyajian
teks fantasi secara
lisan.
d. Peserta didik menerima
aparesiasi terhadap hasil kerja kelompok terbaik
dengan memberikan penghargaan untuk memotivasi peserta
|
||||||
|
|
||||||
I.
|
Penilaian
1. Teknik
Penilaian
a.
Penilaian sikap sikap sosial dilakukan dengan
teknik observasi/ jurnal.
b.
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan teknik
tes tulis.
c.
Penilaian keterampilan dilakukan dengan teknik
PRODUK.
2. Instrumen
Penilaian
a.
Instrumen
jurnal
|
Contoh:
Jurnal
Perkembangan
Sikap Sosial
Nama Sekolah : SMPN 3 Peterongan
Kelas/Semester : VII/Satu
Tahun pelajaran : 2017/2018
‘No
|
Waktu
|
Nama
Peserta didik
|
Catatan Perilaku
|
Butir Sikap
|
1.
|
21/08/17
|
Aldo Ramadhan
|
· Bertanggung jawab penuh untuk memimpin
kelompok dalam diskusi teks
fantasi.
|
|
2
|
dst.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh:
Jurnal
Perkembangan
Sikap Sosial
Nama Sekolah :
Kelas/Semester : VII/Satu
Tahun pelajaran : 2017/2018
No
|
Waktu
|
Nama
Peserta didik
|
Catatan Perilaku
|
Butir Sikap
|
1
|
22/08/17
|
|
·
dua
kali tidak mengerjakan tugas bahasa indonesia
|
kurang
bertanggung jawab
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Instrumen Teknik Tes
Tertulis
Soal untuk KD: 3.3
Bacalah teks berikut dengan
saksama kemudian kerjakan soal yang tersedia dengan tepat!
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
oleh Ugi Agustono
Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga membagi tugas
kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah
dengan keyakinan di dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana modo akan terukir di hati seluruh binatang.. Mereka akan
berjuang hingga titik darah penghabisan untuk membela tanah air tercinta ...........................................
Kisi-kisi dan Pedoman
Penilaian Tes Uraian
Nama
Sekolah :
Kelas/Semester : VII/I
Tahun
pelajaran : 2016/2017
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
o.
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Indikator
|
Teknik
Penilaian
|
1.
|
3.3 Mengidentifikasi
unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi) yang dibaca
dan didengar.
|
Teks narasi,dan unsure-
Unsure teks
narasi
|
Disajikan teks fantasi, peserta didik dapat
menjelaskan ciri tokoh,
peserta didik dapat menentukan latar cerita. Peserta didik dapat menentukan alur.
Peserta
didik dapat menentukan tema pada cerita fantasi dengan menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.
Peserta didik dapat menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang
dibaca.
|
Penugasan
|
Rubrik
Penilaian 3.3
No
|
Aspek/ Kriteria
|
Skor
|
|
Tokoh :
a.Menentukan ciri
tokoh minimal 2 tiap teks
dengan memberikan bukti pendukung yang tepat.
b.
Menentukan satu ciri tokoh tiap teks
disertai bukti yang tepat
c.
Menentukan satu ciri tokoh tiap teks tetapi bukti kurang mendukung
|
12—8
7—4
3
|
|
Latar :
a.
Menentukan minimal dua latar tiap teks disertai bukti
pendukung yang tepat.
b.
Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti
pendukung yang tepat.
c.
Menentukan satu latar tiap teks disertai bukti
pendukung yang tepat
|
12—8
7—4
3
|
|
Alur
a.
Menentukan 3 alur disertai alasan atau
bukti dengan tepat.
b.
Menentukan 2 alur disertai alasan atau
bukti yang tepat
c.
Menentukan 1 alur disertai alasan
a.
|
6
4
2
|
4.
|
Tema
a.
Menentukan 3 tema disertai alasan atau
bukti dengan tepat.
b.
Menentukan 2 tema disertai alasan atau
bukti yang tepat
c.
Menentukan 1 tema disertai alasan
|
6
4
2
|
5.
|
Jenis Teks
a.
Menentukan 3 jenis teks disertai alasan dengan benar.
b.
Menentukan 2 jenis teks dengan alasan yang benar
a.
Menentukan 1 jenis teks dengan alasan
|
8--6
4
2
|
Jumlah
skor 50
Nilai
= (Jumlah skor yang didapat / 50 ) X 100
Kisi-kisi
Keterampilan
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
|
Indikator
|
Teknik
Penilaian
|
1.
|
4.3 Menceritakan
kembali isi teks narasi
(cerita fantasi) yang dibaca dan didengar.
|
Teks narasi (fantasi), isi teks
|
1)
Disajikan teks fantasi, peserta didik menentukan isi teks .
2) Disajikan teks fantasi
, peserta didik menyajikan dalam bentuk
pemetaan konsep berdasarkan ide pokok teks baik lisan maupun tulis
|
Tes uraian
Tes uraian
|
Bacalah cerita fantasi berikut!
Cerita Fantasi 1
Ruang Dimensi Alpha
Karya: Ratna Juwita
“Kau harus membawanya kembali!” Erza berteriak kalang kabut. Aku
gugup. Bingung.
Tak tau apa yang harus kuperbuat, sedangkan manusia dengan wajah setengah kera itu memandang
sekeliling. Manusia purba itu menemukanku ketika aku memasuki dimensi alpha. Tanpa kusadari ia mengikutiku. Manusia purba itu akan mati jika tidak kembali dalam waktu 12 jam.
Isilah tabel berikut berdasarkan pemahamanmu!
Uraikan isi cerita fantasi dengan bahasa sendiri denga menjawab pertanyaan- pertanyaan di bawah ini!
a. Urutkan kejadian yang dialami Doni pada cerita tersebut!
b. Bagaimana proses terlemparnya Doni ke lorong dimensi Alpha?
c. Termasuk jenis cerita fantasi apakah cerita tersebut?
No.
|
Aspek
yang Dinilai
|
Skor
|
Bobot Nilai
|
1
|
Isi sesuai dengan cerita
·
Disajikan secara lengkap dan runtut
·
Bahasanya mudah dan enak dipahami
|
|
50
|
2
|
Penampilan
·
Suaranya menjangkau seluruh ruangan
·
Intonasi dan pelafalannya sesuai
·
Ekpresinya sesuai dengan pemeranan
|
|
50
|
Skor
maksimum
|
|
100
|
3. Pembelajaran
Remedial dan Pengayaan
a.
Pembelajaran Remedial
Remedial dilakukan dengan pembelajaran ulang dan bimbingan perorangan
i.
Pembelajaran
ulang
ii.
Bimbingan
perorangan
b.
Pembelajaran Pengayaan
Pengayaan dilakukan dengan memberikan teks fantasi
dengan kompleksitas lebih untuk ditelaah peserta didik
Mengetahui
Jombang,
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran
Syafak Efendi, M.PdI Faiqotur Rosidah, M.Pd.
NIP 196712062006041003 NIP 197402
199903 2 004
LAMPIRAN LK 1
Lembar Kerja Peserta Didik 3.3. 1
- Bacalah ketiga teks berikut!
- Jawablah pertanyaan-pertanyaannya dengan tepat!
TEKS 1
KEKUATAN EKOR BIRU NATAGA
oleh Ugi Agustono
Seluruh pasukan Nataga sudah siap hari itu. Nataga
membagi tugas kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah
ditentukan. Seluruh binatang di Tana Modo tampak gagah dengan keyakinan di
dalam hati, mempertahankan milik mereka. Hari itu, sejarah besar Tana Modo akan
terukir di hati seluruh binatang.. Mereka akan berjuang hingga titik darah
penghabisan untuk membela tanah air tercinta.
Saat yang ditunggu pun tiba. Mulai terlihat
bayangan serigala-serigala yang hendak keluar dari kabut. Jumlah pasukan cukup
banyak. Nataga dan seluruh panglima memberi isyarat untuk tidak panik. Pasukan
siluman serigala mulai menginjak Pulau Tana Modo, susul menyusul bagai air.
Tubuh mereka besar-besar dengan sorot mata tajam. Raut wajah mereka penuh
dengan angkara murka dan kesombongan,disertai lolongan panjang saling
bersahutan di bawah air hujan. Mereka tidak menyadari bahaya yang sudah
mengepung. Semua binatang tetap tenang menunggu aba-aba dari Nataga.
“Serbuuuu …!” teriak Nataga sambung-menyambung
dengan seluruh panglima. Pasukan terdepan dari binatang-binatang hutan segera
mengepung para serigala dengan lemparan bola api. Pasukan serigala sempat
kaget, tak percaya. Cukup banyak korban yang jatuh di pihak serigala karena
lemparan bola api. Namun, pemimpin pasukan tiap kelompok serigala langsung
mengatur kembali anak buahnya pada posisi siap menyerang. Mereka tertawa
mengejek binatang-binatang ketika banyak bola api yang padam sebelum mengenai
tubuh mereka. Bahkan dengan kekuatan mereka, mereka meniup bola api yang
terbang menuju arah mereka.
“Hai ....! Tak ada gunanya kalian melempar bola api kepada kami!” Seru
serigala dengan sorot mata merah penuh amarah. Binatang-binatang tidak putus
asa. Namun, pasukan serigala dalamjumlah dua kali lipat bahkan lebih dari
pasukan binatang, mulai bergerak maju, seolah hendak menelan binatang-binatang
yang mengepung. Binatang-binatang yang pantang menyerah juga tidak takut dengan
gertakan para serigala.
“Gunakan kekuatan ekormu, Nataga!” bisik Dewi Kabut
di telinga Nataga. Nataga sempat bingung dengan kata-kata Dewi Kabut. Karena
banyak bola api yang padam, Nataga segera memberi aba-aba berhenti melempar dan
mundur kepada seluruh pasukan. Tiba-tiba, Nataga, pemimpin perang seluruh
binatang di Tana Modo, segera melesat menyeret ekor birunya. Mendadak, ekor
Nataga mengeluarkan api besar.Nataga mengibaskan api pada ekornya yang keras,
membentuk lingkaran sesuai tanda yang dibuat oleh semut, rayap, dan para tikus.
Lalu, ia melompat bagai kilat dan mengepung serigala dalam api panas.
Kepungan api semakin luas. Serigala-serigala tak
berdaya menghadapi kekuatan si ekor biru. Teriakan panik dan kesakitan
terdengar dari serigala-serigala yang terbakar. Nataga tidak memberi ampun kepada
para serigala licik itu. Selesai pertempuran Nataga segera menuju ke atas
bukit, bergabung dengan seluruh panglima. Levo, Goros, Lamia, Sikka, dan Mora
memandang. Nataga dengan haru dan tersenyum mengisyaratkan hormat dan bahagia.
TEKS 2
Misteri Sumur Tua
Oleh :Syaharani (7C)
Di sebuah desa terpencil
bernama Tasikmadu tinggallah keluarga pak Banu yang terdiri dari pak Banu, bu
Dian, dan Kinar. Mereka dianggap aneh oleh sebagian warga desa. Kehidupan
mereka selalu dihadapkan oleh misteri-misteri desa. Salah satunya adalah
misteri sumur tua yang terletak di belakang rumah mereka.
Sumur tua itu sudah lama
tidak berfungsi. Konon sumur itu dihuni oleh sebuah makhluk berambut putih,
bertubuh sangat tinggi, dan bermuka datar. Ia selalu mengeluarkan suara dan
menampakkan bayangan yang menyeramkan pada malam hari. Pak Banu dan keluarganya
selalu dapat memecahkan berbagai misteri yang ada. Akan tetapi, misteri yang
satu ini sungguh sulit untuk dipecahkan. Bahkan mereka merasa sangat risau dan
ingin pindah rumah. Tetapi, ketika mereka bersiap untuk pindah rumah, tiba-tiba
terdengar suara misteri.
“HEMMMRR..Janganlah kalian
pergi dari rumah ini!” Makhluk itu bersuara aneh tapi Kinar masih mampu
mendengar kata-katanya.
“Siapa kau?” tanya Kinar
penasaran.
“Aku adalah makhluk sumur
tua itu yang selama ini menjadi misteri. Sebenarnya, aku telah dikutuk oleh
penyihir jahat menjadi penghuni sumur tua itu untuk selamanya. Maafkan aku yang
selama ini selalu menampakkan bayangan dan bersuara menyeramkan. Aku tidak bermaksud
untuk membuat kalian risau. Aku hanya meminta tolong supaya kalian dapat
membebaskanku dari sumur tua itu karena aku ingin hidup bebas, ” jawab si
makhluk.
“Kami dapat mengerti hal
itu. Tetapi bagaimana cara kami membebaskanmu?” tanya pak Banu.
“Kalian dapat membebaskanku
dengan melakukan tiga perbuatan baik. Akan tetapi, jika kalian melakukan satu
saja perbuatan buruk maka aku akan terus menjadi penghuni sumur tua itu untuk
selamanya. Tolong bantu aku, aku tidak ingin melihat orang-orang risau,” jawab si
makhluk.
“Baik, kami akan
membantumu.” jawab bu Dian.
“Terima kasih banyak,”
tambah si makhluk.
Setelah mendengar jawaban pak Banu dan keluarganya, makluk itu merasa
sangat senang.
Matahari terbit di
sebelah timur, suara ayam berkokok, langit cerah pun datang, Keluarga pak Banu
mulai menjalankan misi berbuat baik mereka dengan mencari orang yang
menbutuhkan pertolongan. Perbuatan baik yang pertama dilakukan oleh Kinar. Ia
bertemu dengan seorang nenek tua yang kesulitan untuk menyeberang jalan. Ia pun
menolong nenek itu dan mengantarkannya sampai tiba di rumah. Perbuatan baik
yang kedua dilakukan oleh pak Banu. Ia bertemu dengan seorang pengemis. Ia pun memberi makanan dan
sedikit uang kepada pengemis itu. Perbuatan baik yang ketiga dilakukan oleh bu
Dian. Ia menemukan orang asing yang sedang bingung mencari alamat tempat yang
dituju. Bu Dian mencoba untuk berkomunikasi dengan orang itu, lalu
mengantarkannya ke tempat tujuan.
Setelah matahari mulai
terbenam dan langit yang cerah pun berubah menjadi gelap, saat itulah misi
telah diselesaikan. Kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, mereka sangat terkejut karena tidak ada lagi suara dan
bayangan yang menakutkan dalam sumur tua itu.
“Ternyata benar yang
dikatakan makhluk itu,” gumam Kinar dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara makhluk itu lagi.
“Sekali lagi aku sangat
berterima kasih kepadamu dan keluargamu,”
“Sama-sama. Tetapi, ke
mana kamu akan tinggal setelah ini?” tanya Kinar penasaran.
“Mungkin aku akan
kembali ke tempat asalku,” jawab si Makhluk.
“Dimana itu?” tanya
Kinar lagi.
“Di sebuah alam yang
sangat bebeda dengan alam manusia. Tetapi maaf, aku tidak dapat menceritakan
lebih dalam lagi mengenai hal itu,” jelas si makhluk.
“Tidak apa-apa. Aku
mengerti,” tambah Kinar.
“Kalau begitu, aku akan
pergi sekarang. Selamat tinggal,” ucap si makhluk.
“Selamat tinggal juga,
jaga dirimu baik-baik,” tambak Kinar.
Akhirnya, si makhluk misterius dapat terbebas dari sumur tua itu.
Keluarga pak Banu dan tetangga mereka tidak merasa risau lagi dan dapat tinggal
dengan nyaman.
TAMATt
TEKS 3
Mukenah Nenek
Azizah Putri ( 7B SMPN 3
Peterongan)
Mukenah
itu, mukenah peninggalan nenekku. Sejak kepergian nenek 100 hari yang lalu,
mukenah kesayangan nenek yang telah disimpan selama kurang lebih 25 tahun
lamanya kini diwariskan kepada ibuku. Mukenah itu tetap indah meski warna
putihnya sudah mulai kusam. Motif bunga – bunga mengkilapnya menambahkan
kesan anggun. Tidak ada bagian yang robek, terkena noda, atau kerusakan lain pada
mukenah tua itu.
Aku
jarang melihat nenek memakai mukenah itu. Mukenah itu selalu disimpan di suatu
kotak tua bersama tasbih dan Al – Qur’an nenek dari Makkah. Aku pernah sekali
melihat nenek sholat tahajjud mengenakan
mukenah itu saat nenek dirawat inap di rumah sakit. Saat itu nenek sholat dalam
posisi duduk diatas kasur pasien. Beliau sholat dengan sangat khusyu’. Entah
mengapa nenek terlihat bersinar saat mengenakan
mukenah itu. Seketika hatiku merasa tenang, tentram, dan damai
seakan melihat malaikat sedang sholat di depan mataku. Aku terus
memperhatikan nenek sholat hingga salam terakhir.
Di akhir sholatnya, nenek bersujud dalam waktu yang sangat
lama. Mungkin jarum jam telah melewati 2 angka menunggu nenek bersujud. Ketika
nenek bangkit dari sujudnya, kudapati mata
nenek sembab seperti habis menangis. Aku penasaran. Sangat penasaran. Apa
yang nenek lakukan di dalam sujudnya? Berdo’akah? Memikirkan sesuatu? Atau
hanya tertidur? Ingin sekali aku menanyakannya pada nenek. Tapi, waktu seakan
tidak mengizinkanku untuk menanyakannya.
Nenek sudah lebih dulu dipanggil ke Rahmatullah 2 hari setelah aku melihat
nenek sholat tahajjud pada malam itu.
@@@
Malam ini aku sedang ingin tidur bersama ibu.
Kebetulan ibu juga sedang mau menemaniku tidur. Jarang
– jarang ibu mau tidur bersamaku tanpa harus aku merengek memohon seperti bayi.
Kugunakan kesempatan kecil ini untuk menanyakan tentang
mukenah dan sholat tahajjud nenek pada malam itu.
“Mengapa
nenek hanya menyimpannya di kotak tua itu? Kenapa tidak dipakai saja?”
tanyaku memecah keheningan malam.
“Karena
mukenah itu istimewa bagi nenek” jawab ibu singkat.
“Jika
istimewa, kenapa tidak nenek pakai saat shalat ied?” aku kembali
bertanya layaknya polisi yang sedang mengintrogasi
tersangka. Aku sudah terlalu penasaran. Aku ingin segera mendapat
jawaban dari semua pertanyaanku.
“Mukenah
itu lebih dari istimewa” ibu kembali menjawab dengan jawaban yang
hampir sama dan singkat. Cukup sederhana. Intinya adalah ‘istimewa’
Berbagai
pertanyaan muncul di benakku. Lebih dari istimewa? Seistimewa apa? Apa yang
membuat mukenah itu sangat istimewa? Otakku seakan dihujani ribuan tanda tanya.
Hingga akhirnya ibu menceritakan
sejarah mukenah itu padaku.
“Mukenah
itu mukenah buatan tangan dari buNyai nenek sewaktu nenek mengabdi di pondok
selama 15 tahun. Mukenah itu diberikan kepada nenek sebagai tanda terimakasih karena
telah membantu mengajar
dan membesarkan pesantrennya. Subhaanallah.. mukenah penuh barokah”
Puas
dengan jawaban ibu, aku terdiam. Semua pertanyaan di benakku gugur seketika.
Suasana kembali hening. Kini aku merenungkan tentang
keistimewaan mukenah nenek. Barokah dari mengabdi selama 15 tahun
di pesantren. Entah sedahsyat apa barokah itu.
Mungkin lebih dahsyat dari pahala orang yang haji 10 kali.
Angin malam berhembus menerobos
ventilasi kamarku. Malam semakin larut. Udara terasa semakin
dingin. Tapi aku masih belum mengantuk. Aku masih enggan menyelimuti badanku
dan membiarkan otakku beristirahat. Masih memikirkan sesuatu. Ya, tentang
shalat malam nenek. Itu yang kini menjadi topik
baru di otakku.
“Ibu,
apa ibu pernah melihat nenek shalat dengan memekai mukenah itu?”
“...”
Hening.
“Ahh..
Mengapa ibu sudah tidur?” gerutuku melihat ibu telah tertidur
pulas disamping bantalku.
Apa
waktu masih belum mengizinkan? Baiklah, aku akan menunggu hingga waktu
memberiku jawaban sambil merangkai mimpi indah.
@@@
“Ibu,
apa ada yang bisa aku bantu?” tanyaku saat melihat ibu sedang mengemasi
barang – barang di kamar nenek.
“Alhamdulillah..
akhirnya ada yang menawarkan bantuan” ibu mengembangkan senyum
manisnya.
“Minta
tolong barang – barang di sini dikemas di kerdus itu ya..” perintah ibu sambil
menunjuk lemari baju nenek kemudian menunjuk kardus disamping pintu.
“Siap
bu!” tegasku. Tanganku mulai bekerja. Belum
sampai 10 menit, separuh barang di lemari telah terkemas di dalam kardus. Kuakui,
aku memang pekerja cepat. Tapi tetap saja Gundala Putra Petirlah yang tercepat.
Di tengah – tengah mengemas,
aku teringat akan sesuatu. Mukenah nenek! Pandanganku berputar ke
seluruh penjuru ruangan. Mencari – cari kotak coklat tua yang mengemas
mukenah istimewa itu. Dan.. mataku kini tertuju pada meja murmer di sudut ruangan.kulihat
ada kotak coklat tua diatasnya. Aku segera berlari menuju kotak itu.
Rasanya tangan ini sudah tidak sabar menyentuh benda penuh barokah itu. Ketika
tanganku sudah hanya berjarak 1 cm..
“Ehem..
mengemasinya sudah selesai?” suara ibu menghentikan gerakanku.
“He..
he.. tinggal dikit kok bu..” jawabku cengengesan. Aku kembali ke posisi awalku.
Kembali bekerja sesuai perintah ibu. Mengambil.. memasukkan.. mengambil lagi..
memasukkan lagi. Akhirnya semua barang di lemari baju nenek selesai dikemas 10 menit
kemudian.
“Ibu..
aku sudah selesai..” aku terlonjak kegirangan. Sekarang aku tak mau menunda lagi.
Aku cepat – cepat kembali ke tempat kotak tua tadi di sudut ruangan. Tapi..
kotak itu kini sudah tidak berada di atas meja murmer
lagi. Ibu sudah lebih dulu memindahkannya entah kemana. Wajahku yang tadinya
berseri dihiasi pelangi, kini murung tertutup awan gelap.
“Ibu..
apa aku tidak boleh menyentuhnya? Sebentaaar
saja..” rengekku.
“Maaf
ya sayang, ibu masih repot. Kapan – kapan saja ya..” jawab ibu terlihat buru –
buru. Hmm.. kasihan juga ibu. Mondar – mandir, kesana
kemari. Sepertinya sekarang bukan waktunya untuk merengek seperti bayi yang
minta susu. Lebih baik dan seharusnya aku membntu ibu.
“Baiklah..
apa lagi yang bisa aku bantu?” aku
menwarkan jasa. Lagi – lagi ibu mmbalas dengan senyum keibuannya. Ibu memintaku
memindahkan kardus - kardus yang sudah terkemas rapi ke dalam gudang. Tugasku
kini beralih dari ‘mengambil dan memmasukkan’ menjadi
‘mengangkat dan memindahkan’. Yang ini akan memeras lebih banyak tenaga. Jadi
sepertinya porsi makan siangku hari ini akan bertambah.
Siang
berganti malam. Sekarang waktunya beristirahat. Aku langsung terjun bebas di
atas kasur empukku. Mataku sudah ingin menutup rasnya. Samar – samar aku
mendengar suara halus ibu di telinga kananku.
“Terimakasih
ya nak, sudah mau bersabar..” aku tidak terlalu
mengerti apa maksudnya. Tapi tetap saja aku menjawab, “Sama
– sama bu..” kemudian tidur.
@@@
“Nduk..
bangun nduk.. yuk sholat tahajjud..”
suara yang tak asing membngunkanku. Ini bukan suara ibu. Tapi.. suara nenek. Mataku
terbelalak. Kantukku hilang seketika.
“Nenek?”
mulutku menganga. Tak percaya akan apa yang sedang kulihat saat ini. Kini di
depan mataku, nenek memakai mukenah putihnya dan mengajakku sholat tahajjud
berjama’ahh. Aku mencubit pipi kananku. Aww.. sakit! Ini bukan mimpi.
“Ndang
wudhu, nenek tunggu di kamar” dawuhnya sambil melangkah keluar menuju kamar
beliau. Aku tak peduli ini mimpi atau nyata. Aku segera mengambil wudhu dan
bergegas menuju kamar nenek. Disana nenek sudah siap berdiri di atas sajadah merah
marunnya sambil membawa mukenah putih yang serupa dengan yang beliau pakai.
“Pakai
ini.. ini mukenah nenek saat mondok dulu” beliau memakaikan mukenah itu ke
kapalaku sambil mengembangkan senyum.
“Allaahuakbar”
kamipun memulai sholat tahajjud
berjama’ah.
“Assalaamu’alaikum
warahmatullah..” ucap nenek fasih. Seperti yang pernah kulihat sebelumnya,
nenek kemudian bersujud. Akupun ikut bersujud mengikuti nenek.
Tiba – tiba..
“Labbaikallahh
humma labbaiik.. Labbaikallah syariikalakalbbaiik..” suara ramai orang
berthawaf memekakkan telingaku. Mataku sulit terbuka karena silaunya cahaya
putih yang menyentrong. Aku merasa sesak. Terdempet orang – orang di sekitar.
Dimana ini? Aku mulai panik. Merasa asing di tengah keramaian.
“Nenek..
nenek.. nenek dimana?” teriakku mencari
– cari sosok wanita tua yang tadi sholat bersamaku.
Sreet. Ada yang meraih tanganku. Kemudian menarik dengan sedikit
keras. Alhamdulillah. Ternyata itu nenek. Kepanikanku kini sudah mereda.
“Nenek,
kita ada dimana?” tanyaku sambil mengerutkan dahi,
tak kuat melawan silaunya matahari.
Nenek hanya tersenyum dan memalingkan
wajahnya ke bangunan kubus hitam yang sangat besar di depannya. Aku
memaksakan mata memandang lebih jelas apa kubus hitam kokoh itu. Samar
– samar aku melihat kain hitam mewah dihiasi rangkaian kalimat syahadat
berwarna emas menyelimuti bangunan itu. Di sisi depan, pintu besar
dari emas terpampang indah. Salah satu sudutnya terdapat
lubang perak membungkus batu hitam. Bangunan itu dikelilingi oleh
berjuta, bahkan bemilyar – milyar manusia berihram putih. Mereka berebutan
mendekati pintunya, menyentuh temboknya, dan mencium batunya.
“Ka’..
Ka’.. Ka’bah?” mulutku menganga, tak sanggup berkata – kata. “Ini
Makkah?” lanjutku masih belum
bisa percaya dengan apa yang ada di depanku ini.
Iiya,
sekarang kita berthawaf, jangan lepaskan
tanganmu dari genggaman nenek ya..” nenek menggandeng tanganku erat- erat.
Menuntunkun mengelilingi ka’bah sambil mengumandangkan tarbiah.
Subhaanallah.
Sulit dipercaya. Aku mengingat – ingat kembali apa yang terakhir aku lakukan beberpa
menit yang lalu. Terakhir, aku bersujud setelah salam sholat tahajjud. Ya, sujud terakhir.
Jadi ini jawaban dari rasa penasaranku akan sujud diakhir sholat malam nenek. Senyum
lebar terukir di mulutku. Waktu akhirnya mengizinkanku untuk
tahu. Setelah selama ini waktu mengulur – ulur dirinya, memenjara rasa
penasaranku. Mungkin nenek yang ingin aku langsung meraskan sendiri. Merasakan
sendiri apa yang nenek rasakan di akhir sujudnya itu.
“Nduk,
sampaikan pesan nenek pada
ibumu.. setelah 100 hari nenek, tolong sumbangkan barang
– barang ke beberapa panti jompo. Buku – buku nenek yang tidak
terpakai kirmkan ke pondok – pondok” pesan nenek saat kami hendak wukuf di
Arofah.
“Lalu
bagaimana dengan mukenah nenek?” tanyaku sambil membulatkan mata.
“Itu
akan diwariskan ke ibumu, kemudian padamu, kemudian anakmu, hingga anak cucumu”
jawab nenek. Matanya mulai berkaca – kaca. Nenek kemudian menyerahkan tasbih Makkah
yang biasa beliau simpan bersama mukenahnya di kotak tua itu kepadaku.
“Nenek
harap kamu mau mondok kayak nenek dan ibumu dulu. Tirakat. Nyari
barokahnya para kyai. Kalau bisa mondok itu jadi adat di keluarga kita. Wes,
InyaaAllah berokahe numplek” amanah nenek membuat hatiku
terenyuh. Insyaallah aku akan mengemban amanah
ini dengan baik. Aku bertekad akan membuat nenek tersenyum puas di syurga
nanti.
“Baik
nek.. aku janji aku akan jadi santri yang tawadhu’ seperti nenek” janjiku pada
nenek. Mataku mulai meneteskan air mata. Tetesan air mata ini akan menjadi
saksi atas janji yang kuucap dari hatiku yang paling dalam untuk sosok wanita
motivator yang kubanggakan.
Nenek
membelai kepalaku dengan lembut. Kemudian merangkulku dengan kehangatan
kasih sayangnya. Aku berbalik merangkulnya dengan lebih erat. Sangat erat.
Hingga akhirnya lenganku tak meraskan apa – apa. Tubuh renta nenek yang
kurangkul seketia menghilang bagai angin malam yang berhembus.
Aku
bangkit dari sujudku. Kini aku berada
di kamar nenek sendirian. Jarum jam menunjukkan angka 3. Tepat pada jam saat
nenek mengakhiri sholat Tahajjudnya 102 malam yang
lalu.
“Apa
aku tadi bermimipi?” gumamku. “Tapi ini
sajadah yang tadi nenek pakai!” aku menarik sajadah merah
marun di depanku. Mataku beralih ke mukenah yang kupakai sekarang.
“Ini
mukenah nenek yang tadi nenek pakai, lalu ini.. tasbih yang nenek berikan saat
di Arofah tadi!” aku mengingat – ingat kembali apa saja yang kulakukan bersama
nenek beberapa jam yang lalu. Bertemu dgan nenek, kemudian sholat tahajjud
berjama’ah. Sujud di akhir sholat kemudian.. aku ada di Makkah! Thawaf bersama
nenek mengelilingi Ka’bah, lalu sholat di Masjidil Haram. Meminum air zam –
zam. Mengelilingi pasar Makkah, dan yang terakhir wukuf di Arofah. Nenek
menitip pesan untuk ibu, memberikan tasbihnya sambil berpesan padaku. Memelukku
kemudian.. aku kembali ke kamar nenek lagi.
“Sayang..”
suara lembut ibu mngejutkanku. Ibu memasuki kamarkemudian duduk di sampingku.
“Wah, anak ibu sudah mulai belajar sholat malam” pujinya sambil membelai lembut
kepalaku.
“Ibu
tahu, aku tadi sholat tahajjud berjama’ah bersama nenek” ceritaku. Mata ibu
terbelalak. Beliau sangat terkejut akan apa yang barusan aku katakan. “Kemudian
kami bersujud dan tiba–tiba kami berada di Makkah” lanjutku. Aku menceritakan
semua yang kualami 2 jam yang lalu bersama nenek. Dari mimik wajahnya, aku bisa tahu kalau ibu
percaya padaku. Dan memeag seharusnya ibu percaya, karena ini memang benar -
benar terjadi. Terakhir, aku menyampaikan pesan nenek yang dititipkan untuk
ibu. Mata ibu mulai berkaca – kaca. Teringat kembali pada sosok ibu yang selama
bertahun – tahun merawatnya.
“Ibu,
aku telah berjanji pada nenek kalau aku akan mondok, tirakat dengan untuk cari
barokahnya para kyai!” tegasku.
“Ya
nak.. nenek pasti sangat bangga padamu”
@@@
I.
Jawablah pertanyaan berikut
dengan mengisi tabelnya!
No
|
Unsur Teks
|
Deskripsi/Ciri
|
Bukti
|
1.
|
Tokoh
|
Teks 1
a. Nataga: Binantang, Pimpinanperang, ………………………………………….
b. Siluman Serigala :
c. ….
Teks 2
a. Kiran : ………………………………….
……………………………………………..
b. Makhluk aneh :
….………………………………………………..
Teks 3
Aku : …………………
Nenek : ………………..
Ibu : ………………………..
|
Nataga membagi tugas
kepada seluruh panglima dan pasukannya di titik-titik yang sudah
ditentukan (Kalimat kedua paragraf 1)
|
2.
|
Latar
(tempat dan waktu)
|
Teks 1 :
Di Tanah Modo
………………………..
……………………….
Teks 2 :
………………………….
……………………………
Teks 3
…………………………………..
……………………………………..
|
………………………….
--------------------------------
|
3
|
Alur
|
Teks 1
………………………………
Teks 2
……………………………….
Teks 3
Lintas waktu dan ruang
|
|
4
|
Tema
|
Teks 1 :
…………………………………..
Teks 2
……………………………………
Teks 3
………………………………….
|
|
II.
Setelah Kalian mengisi secara individu,
diskusikanlah dengan kelompok Kalian!
*Hal yang kalian diskusikan adalah keajaiban tokoh, latar, dan peristiwa
yang dialami tokoh
* Tentukan jenis fantasi dalam ketiga teks tersebut!
III.
Tuliskan hasil kerja kelompokmu di kertas
plano!
IV.
Presentasikan hasil kerja kelompok Kalian
secara melingkar!

V.
Mintalah tanggapan dari kelompok lain (tulis
di kertas pos-it, tempelkan di plano)
terima kasih
BalasHapusTrimakasih
BalasHapusAlhamdulillah
BalasHapusterima kasih
sangat bermanfaat
Terimaksih ilmunya, semoga barokah untuk penulis dan semuanya
BalasHapus